Kuterima Takdirku
Judul Cerpen Kuterima Takdirku
Kategori: Cerpen Motivasi, Cerpen Sedih
Kategori: Cerpen Motivasi, Cerpen Sedih
Masih terdiam di tengah derasnya hujan sore itu. Gemuruh air hujan yang bising
di sore itu seakan memacu otakku untuk terus berpikir. Bayang-bayang itu terus
menghantui, entah apa sebenarnya yang aku risaukan aku pun tak tau.
Pikiran-pikiran aneh itu memenuhi otakku. Sontak rasa itu datang, ada bahagia,
sedih dan takut yang bercampur di dalamnya. Sore itu kumerasa seperti ada yang
hilang dari diriku, senyum dan tawa itu serasa memudar sedikit demi sedikit.
Tuhan…
aku harus bagaimana? Aku bahagia, aku bersyukur, telah kau hadirkan aku di
dunia ini. Telah kau hadirkan mereka dalam hidupku, orang-orang yang
menyayangiku. Telah kau berikanku fisik yang sempurna. Terimakasih Tuhan, telah
kau izinkan aku untuk merasakan kebahagiaan ini. Maafkan aku tuhan, ibadah yang
kulakukan selama ini tidak sebanding dengan nikmat yang kau berikan padaku.
Aku, si
remaja 18 tahun yang periang, ribut dan cerewet kini telah menerima takdirku
sebagai gadis yang harus tumbuh dan bertahan hidup dengan berbagai penyakit
berbahaya yang bersarang di sebagian ragaku. Sejak SD yang kala itu usiaku
belum menginjak 10 tahun, aku harus menerima kenyataan yang hampir merenggut
waktu bermainku, aku divonis sebagai gadis yang lemah dengan kondisi jantung
yang mengkhawatirkan.
Setelah
usiaku 12 tahun, aku harus menerima kenyataan yang berikutnya yang menyatakan
ada masalah pada peredaran darah merah di bagian otakku yang menyebabkan sakit
kepala yang teramat sakit untuk anak seusiaku kala itu.
Di
usiaku 16 tahun, kembali lagi aku harus menerima kenyataan yakni organ hatiku
yang tidak berfungsi dengan semestinya dan tidak lama setelah itu, hanya
berselang beberapa bulan aku lagi-lagi harus menerima kenyataan yang sangat
sulit kupercaya. Tumor, yah itu sapaan dokter pada penyakit itu. Sontak
pikiranku melayang ketika dokter menyatakan bahwa ada tumor yang bersarang di
otakku.
Aku
harus bagaimana? Mengapa semua penyakit itu datang kepadaku seolah memburui?
Kenapa? Kenapa? Kenapa ini bisa terjadi padaku? Apa yang harus kulakukan?
Apakah operasi? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang selalu menghujani otakku.
Kumerasa waktuku tak banyak lagi.
Tuhan…
izinkan aku berada di sisi mereka, orang-orang kesayanganku. Aku ingin
menghabiskan sisa waktuku bersama mereka. Aku ingin melihat senyum di bibir
mereka, mendengar gelak tawa mereka dan bercanda bersama. Izinkan aku tuhan,
kini kurasa ragaku mulai lemas, detak jantungku mulai melemah, pandanganku
mulai buram, dan bisingku mulai tak terdengar lagi.
Tuhan…
perkataan dan pembuktian itu mengubah segala pikiranku. Aku masih belum percaya
dengan kenyataan ini. Kenapa harus seperti ini? Mengapa semua ini bisa terjadi?
Apa karena dosa?
Maafkan
aku Tuhan, ampuni aku yang telah berprasangka buruk terhadapmu. Kini kuterima
semua takdirku. kenyataan ini memang perih, namun apalah dayaku, kuyakin semua
ini pasti yang terbaik untukku. Satu pintaku Tuhan, jika kau mengizinkanku
bertemu denganmu sekarang juga, kumohon jemputlah aku dalam ketenangan dan
tanpa rasa sakit bagi mereka yang kutinggalkan. Aku ingin meninggalkan mereka
tanpa rasa cemas di hati mereka. Dan jika tiba waktunya nanti bibirku tak mampu
lagi berucap, kumohon padamu bisikkan di hati mereka bahwa aku menyayangi
mereka, dan tak perlu takut aku baik-baik saja.
Namun,
disaat aku mulai pasrah dengan takdirku, secercah harapan itu tiba-tiba muncul.
Aku tau takdirku telah tertulis dalam kitab lauhul mahfudz dari sebelum aku
dilahirkan tapi aku yakin masih ada kesempatan bagiku untuk dapat merubah
takdir itu dengan usahaku. Aku tau ini mustahil, tapi keyakinanku sangat besar
bahwa aku bisa, aku yakin aku masih bisa sembuh. Semangat dari mereka membuatku
sangat yakin aku pasti masih bisa sembuh. Semangat dari mereka membuatku sangat
yakin bahwa tak ada sakit yang tak bisa disembuhkan. Setiap penyakit pasti ada
obatnya. Dukungan dan semangat dari merekalah yang membuatku semakin yakin ini
hanya ujian darimu. Aku tau tidak mungkin memberikan ujian melebihi batas
kemampuan umatmu. Kuterima takdirku, namun aku takkan pernah menyerah atas
kesembuhan yang juga datang darimu. Aku yakin pasti akan ada hikmah dibalik
semua ini. Semua berasal darimu dan akan kembali pula kepadamu.
La
Tahzan
Sesungguhnya Allah bersamamu
Sesungguhnya Allah bersamamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar