Sabtu, 17 September 2016

cerpen : Kuterima Takdirku



Kuterima Takdirku

Judul Cerpen Kuterima Takdirku
Kategori: Cerpen Motivasi, Cerpen Sedih

Masih terdiam di tengah derasnya hujan sore itu. Gemuruh air hujan yang bising di sore itu seakan memacu otakku untuk terus berpikir. Bayang-bayang itu terus menghantui, entah apa sebenarnya yang aku risaukan aku pun tak tau. Pikiran-pikiran aneh itu memenuhi otakku. Sontak rasa itu datang, ada bahagia, sedih dan takut yang bercampur di dalamnya. Sore itu kumerasa seperti ada yang hilang dari diriku, senyum dan tawa itu serasa memudar sedikit demi sedikit.
Tuhan… aku harus bagaimana? Aku bahagia, aku bersyukur, telah kau hadirkan aku di dunia ini. Telah kau hadirkan mereka dalam hidupku, orang-orang yang menyayangiku. Telah kau berikanku fisik yang sempurna. Terimakasih Tuhan, telah kau izinkan aku untuk merasakan kebahagiaan ini. Maafkan aku tuhan, ibadah yang kulakukan selama ini tidak sebanding dengan nikmat yang kau berikan padaku.
Aku, si remaja 18 tahun yang periang, ribut dan cerewet kini telah menerima takdirku sebagai gadis yang harus tumbuh dan bertahan hidup dengan berbagai penyakit berbahaya yang bersarang di sebagian ragaku. Sejak SD yang kala itu usiaku belum menginjak 10 tahun, aku harus menerima kenyataan yang hampir merenggut waktu bermainku, aku divonis sebagai gadis yang lemah dengan kondisi jantung yang mengkhawatirkan.
Setelah usiaku 12 tahun, aku harus menerima kenyataan yang berikutnya yang menyatakan ada masalah pada peredaran darah merah di bagian otakku yang menyebabkan sakit kepala yang teramat sakit untuk anak seusiaku kala itu.
Di usiaku 16 tahun, kembali lagi aku harus menerima kenyataan yakni organ hatiku yang tidak berfungsi dengan semestinya dan tidak lama setelah itu, hanya berselang beberapa bulan aku lagi-lagi harus menerima kenyataan yang sangat sulit kupercaya. Tumor, yah itu sapaan dokter pada penyakit itu. Sontak pikiranku melayang ketika dokter menyatakan bahwa ada tumor yang bersarang di otakku.
Aku harus bagaimana? Mengapa semua penyakit itu datang kepadaku seolah memburui? Kenapa? Kenapa? Kenapa ini bisa terjadi padaku? Apa yang harus kulakukan? Apakah operasi? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang selalu menghujani otakku. Kumerasa waktuku tak banyak lagi.
Tuhan… izinkan aku berada di sisi mereka, orang-orang kesayanganku. Aku ingin menghabiskan sisa waktuku bersama mereka. Aku ingin melihat senyum di bibir mereka, mendengar gelak tawa mereka dan bercanda bersama. Izinkan aku tuhan, kini kurasa ragaku mulai lemas, detak jantungku mulai melemah, pandanganku mulai buram, dan bisingku mulai tak terdengar lagi.
Tuhan… perkataan dan pembuktian itu mengubah segala pikiranku. Aku masih belum percaya dengan kenyataan ini. Kenapa harus seperti ini? Mengapa semua ini bisa terjadi? Apa karena dosa?
Maafkan aku Tuhan, ampuni aku yang telah berprasangka buruk terhadapmu. Kini kuterima semua takdirku. kenyataan ini memang perih, namun apalah dayaku, kuyakin semua ini pasti yang terbaik untukku. Satu pintaku Tuhan, jika kau mengizinkanku bertemu denganmu sekarang juga, kumohon jemputlah aku dalam ketenangan dan tanpa rasa sakit bagi mereka yang kutinggalkan. Aku ingin meninggalkan mereka tanpa rasa cemas di hati mereka. Dan jika tiba waktunya nanti bibirku tak mampu lagi berucap, kumohon padamu bisikkan di hati mereka bahwa aku menyayangi mereka, dan tak perlu takut aku baik-baik saja.
Namun, disaat aku mulai pasrah dengan takdirku, secercah harapan itu tiba-tiba muncul. Aku tau takdirku telah tertulis dalam kitab lauhul mahfudz dari sebelum aku dilahirkan tapi aku yakin masih ada kesempatan bagiku untuk dapat merubah takdir itu dengan usahaku. Aku tau ini mustahil, tapi keyakinanku sangat besar bahwa aku bisa, aku yakin aku masih bisa sembuh. Semangat dari mereka membuatku sangat yakin aku pasti masih bisa sembuh. Semangat dari mereka membuatku sangat yakin bahwa tak ada sakit yang tak bisa disembuhkan. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Dukungan dan semangat dari merekalah yang membuatku semakin yakin ini hanya ujian darimu. Aku tau tidak mungkin memberikan ujian melebihi batas kemampuan umatmu. Kuterima takdirku, namun aku takkan pernah menyerah atas kesembuhan yang juga datang darimu. Aku yakin pasti akan ada hikmah dibalik semua ini. Semua berasal darimu dan akan kembali pula kepadamu.
La Tahzan
Sesungguhnya Allah bersamamu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar